lalu memaksa mulutnya utuk jujur mengakui kemenangan musuhnya.
dan para hulu balang kocar kacir pulang ke pulukan istri-istri mereka.
berita buruk..!
pasukan mundur dengan kekalahan.
sang raja coba tutupi gelisahnya.
permaisuri menangis di belakang tahta rajanya.
putra mahkotanya tak bernyawa.
"jangan korbankan lagi anak kita, raja..!" pinta permaisuri dalam tangisnya.
bimbang hati raja.
satu di antara sisi hatinya ingin tangisi kepergian putra mahkotanya.
satu lagi harus menjaga wibawa.
rakyatnya butuh ketegasan.
rakyatnya butuh perlindungan.
dan kerajaannya tak bisa lama tenggelam dalam kedukaan.
semua masih berjalan.
seperti sebelumnya, bahkan harus lebih berkuasa..!
bala tentara musuh tak diketahui ada di mana.
waktu peperangan sudah tak bisa diterka.
hitungan minggu..?
hitungan hari..?
atau bahkan hitungan jam..?
berputar otak raja.
menyerah bukan jalan terbaik penguasa.
tapi mengorbankan rakyat juga bukan solusi terbaiknya.
dia angkat kerisnya.
dia tinggalkan secarik kertas berisi titah dan warisan kerajaan untuk putri bungsunya.
takut jika tubuhnya kembali tak bernyawa seperti putra mahkotanya.
kadang kita harus berkorban demi apapun dan siapapun tanpa memandang apapun dan bagaimanapun.