secangkir kopi manis.
lamban kunikmati.
duduk di peraduan dunia.
hanya ada indah saja.
sejauh apapun mata memandangnya.
sapa seorang tua yang berjalan turun memikul kayu bakar untuk rumahnya, segarkan hari.
ramah dalam senyuman, hangat dalam sapaan.
kutawarkan kopiku untuknya, tapi dia hanya mempersilahkan saja.
tak ada bincang lama, mungkin dia bergegas ingin sampai rumahnya.
menyapa canda dan senyum cucunya.
entahlah, bagaimana cara Tuhan ciptakan indah ini.
bak karya seni agung yang tak mungkin tangan manusia ciptakan.
begitu detail, begitu presisi, begitu terlihat nuansanya, begitu indah perpaduan warnanya.
ah, manusia bisa apa..?
aku semakin merasa kecil di sini.
semakin merasa tak berarti.
hanya duduk bersanding kopi, lalu memandangi hamparan indah ciptaan Illahi.
melamun saja aku dibuatnya.
sebagian mereka, bergantung hidup pada indah ini.
apa saja mereka dapat.
tapi sebagian lagi berwajah senyum malaikat, tapi tangannya menggerayangi bumi di sini.
matanya begitu sadis memandang eksotik tubuh bumi.
nafsunya membiru, liurnya menetes jatuh.
konak dia memandang ini semua.
niatnya begitu saja datang seraya nafsunya.
menyetubuhi bumi ini.
merampas semua indahnya, lalu menyisakan luka pastinya.
tidakkah mereka ingat,
bumi pun bisa berontak.
dan saat itu terjadi, tak satupun dari kita yang sanggup sembunyi.
cobalah pikirkan anak cucumu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar