Jumat, 10 Oktober 2014

si tua yang tak tau diri

malam datang
cuap-cuap musik berdentum kencang
langkah-langkah lelaki pecinta kumbang
menjelma seakan Tuhan sedang terpejam

langkah-langkahnya berat.
di saku celananya sedang ada limpahan harta.
entah darimana
sepertinya mereka pemuja dunia
harta yang siap membeli nafsu di balik sepasang paha.
lalu bergelak tawa seakan bahagia di bibir dosa.

sengat mentari siang, pantulkan senyum kedermawanan.
sekitarnya memujanya bak raja tanpa dosa.
bersabda tentang kekuasaannya.
seakan semua harus tunduk di kaki busuknya.
baju perlente, jam tangan emas, dan kilau sepatu import dari italy.
mengemas dosa menjadi sinar bercahayakan pahala.

senyum ditebarkannya.
menutup tangis imannya yang terbelenggu setan-setan nafsu.
nuraninya menciut, seakan tak berani membantah ajakan setan.

ah, malam yang hebat.
merah mata mereka.
bibirnya tak henti menenggak anggur jaman tua.
lalu mengulum lidah wanita yang mereka beli dengan hartanya.

semakin malam, semakin menggila saja ucapannya.
berteriak lantang seperti penguasa tanpa habis dunianya.
tangan-tangan hitamnya hanya bermain di balik rok pendek wanitanya
bibirnya pun turun di leher putih yang wangi dan menggoda.
pahanya sudah penuh sesak diduduki pinggang wanitanya.
sesak juga dengan perut buncit yang entah apa isinya.
mungkin dosa.
bernyanyi-nyanyi tak terarah.
tak berirama sama sekali di telingaku.
tapi menurutku mereka nyaman-nyaman saja.

hampir pagi.
setan belum pergi.
bahkan semakin asik menari di pikiran kotor lelaki tadi.
minumannya habis.
kakinya tak kuat menahan perut buncitnya.
sempoyongan.
botol-botol pun pecah tersenggol tangannya yang sudah bau oleh paha wanitanya.
tapi dia mencoba kuat dengan memeluk tubuh wanitanya.

seorang kasir sampai menghampirinya dengan membawa nota.
tak lupa juga seorang kasir itu membawa takut yang sampai tundukkan kepala di hadapannya.
dibayarnya semua.
dan tanpa meminta kembalinya.
ah, banyak juga hartanya.

berlalu dia dan teman-teman tuanya.
jangan salah.
kini tangannya tidak kosong.
jari-jari lentik wanita muda tetap diremasnya tanpa udara.
erat.
begitu erat.
bibirnya seakan tak bisa lepas dari leher wanitanya.

sepertinya dosa malam ini belum berakhir baginya.
ranjang dan nafsu masih menunggu di dosa berseri berikutnya.

si tua yang tak tau diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar