Jumat, 10 Oktober 2014

wanita di remang malam

senja telah tiada.
malam menyapa keheningan.
angin berhembus perlahan.
bintang dan bulan saling berdekapan.
dingin bukan lagi pilihan.
tapi menjadi hak setiap kulit yang merasakan.

seorang wanita,
bergegas melaju dengan roda duanya.
dengan buru dan degup pacu jantungnya.
membelah ramainya kota.
menuju cafe tempatnya bekerja.

sudah pukul sembilan, tunjuk arloji di tangannya.
dan jalan masih setengah yang harus dituntaskannya.
melaju, melesat, tanpa pandang apa dan siapa.
membawa serta tas yang bergantung di pundaknya.

wanita di remang malam.
dia penghibur.
tapi bukan pemuas nafsu birahi.
dia penghibur setiap hati yang sepi dan sunyi.
di tangannya tercipta nada.
menghentak dan mengoyak sepinya nuansa.
enyahkan pandang buruk padanya.
meski kadang hatinya terluka karenanya.

setiap mata memandanginya telanjang.
entah apa saja yang tergambar di pikiran mereka.
tapi aksi wanita itu tak berubah.
tetap indah dengan senyum yang sesekali merekah.

di sudut nampak seorang lelaki memandanginya.
duduk sendiri dengan beberapa ponsel di meja depannya.
sibuk sepertinya.
ada kerut di dahinya sepanjang malam.

pesta meriah,
tapi lelaki itu tetap saja kerutkan dahinya.
semua bersorak,
tapi lelaki itu hanya diam memandangi ponselnya.
musik kian menghentak,
tapi lelaki itu hanya duduk tanpa sedikitpun beranjak.

lalu turun wanita itu.
ternyata lelaki tadi kekasihnya.
berlalu mereka.
mencari tempat yang sedikit tenang dalam kerumunan.
kerut dahi lelakinya tetap saja.
dan senyum wanita itu mulai berubah menjadi tunduk sayu.

mulai.
mulai bibir lelakinya menganga.
memuntahkan semua keegoisannya.
memaki wanitanya yang sudah tertunduk tak berdaya.
lalu tangannya melayang ringan ke pipi wanita itu.

semua mata heran.
bising seketika menjadi hening.
tertegun memandang yang tak lazim.

hey bung,
dia wanita.
kekasih hatimu, seharusnya.
bukan pemuas keegoisanmu belaka.
kau tiduri tubuhnya,
kau kulum bibirnya,
kau ambil hartanya,
kau maki dia,
kau tampar dia,
kau permalukan dia.
tidakkah ada hati di hatimu..?
tidakkah tangis wanitamu sedikit merobek keangkuhanmu..?

maaf, cangkirku tadi melayang padamu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar